Jumat, 20 Mei 2011

SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM


Ketika di sela-sela istirahat sekolah terciptalah dialog antara beberapa orang warga sekolah. Berikut percakapan mereka,
Kepala Sekolah : Bapak/Ibu di sekolah ini kepala sekolahlah yang lbih hebat dan penting, bapak/ibu hanya pelengkap dan pembantu saya saja.”
Guru : “Ibu salah, ibu tidak akan ada apa-apanya tanpa ada guru, gurulah yang mengajar semua ilmu kepada siswa, jadi gurulah unsur yang terpenting.”
Karyawan umum : “Bapak dan Ibu juga tidak benar, sekolah tidak akan berjalan kalau sekolah kotor, tidak aman, dan sarana-prasarana tidak ada. Maka kamilah yang terpenting”.
Orang tua Siswa : “semuanya salah, kalau siswa tidak ada bagaimana sekolah bisa berjalan?, jadi siswa dan orang tualah faktor terpenting.”
Kemudian berkata seorang guru bijaksana : “Bapak, Ibu dan anak, kita semua memiliki peran masing-masing yang tidak bisa digantikan satu sama lain. Siswa memiliki perannya sendiri, guru, kepala sekolah dan karyawan umum begitu juga. Maka tidak ada yang istilah paling penting antara satu dengan yang lain, semua mempunyai peran yang penting.”
Percakapan di atas terjadi disebabkan mereka tidak memahami esensi sekolah sebagai suatu sistem. sekolah  sebagai suatu sistem berarti sekolah adalah kumpulan dari beberapa unsur antara lain: Kepala sekolah, Guru, siswa, karyawan, orang tua dll yang akan menjapai suatu tujuan yaitu untuk menghasilkan lulusan/manusia yang handal . Tidak ada satu unsur pun yang berada pada posisi yang paling penting dari yang lainnya.
Sekarang ini, banyak praktik di lapangan kita lihat para praktisi pendidikan sepertinya tidak memahami akan konsep sekolah sebagai suatu sistem. Sehingga mereka menganggap bahwa sekolah hanya terdiri dari Kepsek, Guru dan siswa. Sementara karyawan umum seperti petugas tata usaha, laboran, pustakawan, petugas kebersihan sering dianggap tidak bagian dari sekolah. Bukan hanya itu, kesalahan dalam memahami konsep sekolah sebagai suatu sistem mengakibatkan terjadinya hubungan vertikal antar unsur –unsur sekolah. Seperti Kepsek lebih menganggap guru, dan yang lainnya sebagai bawahan yang harus ‘disuruh-suruh’. Begitu juga guru lebih cenderung beranggapan siswa sebagai ‘anak buahnya’ yang kapan pun harus patuh padanya.
Tentu ini tidak sesuai dengan konsep sekolah sebagai suatu sistem, Kepsek seyogianya menganggap guru dan unsur yang lainnya sebagai patner/teman kerjasama, begitu juga sebaliknya.
Akhirnya melalui tulisan sederhana ini, saya berharap kepada semua praktisi pendidikan agar lebih memahami dan menerapkan konsep sekolah sebagai suatu sistem.

Senin, 02 Mei 2011

Hardiknas Tidak Ada Di Sekolahku

(Ombusans, 1 Mei 2011) Hari ini tanggal 2 Mei 2011, tahukah kamu hari apa ini? ya.. ini Hari Pendidikan Nasional. pagi tadi, di pikiran saya sudah tergambar bahwa nanti di sekolah pasti akan dilaksanakan peringatan Hardiknas, ya umumnya sekolah-sekolah lain. Setibanya di sekolah, ternyata tidak ada yang berbeda, semua berlangsung seperti apa adanya, siswa masuk kelas, belajar, guru mengajar, ya.. seperti biasanya. lalu saya bertanya kepada salah seorang guru, "pak, ga ada acara ya, ini kan Hardiknas?". guru itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya layaknya aksi personel Projek Pop waktu melantunkan lagu Metal vs Dugem.

Saya teringat, sekitar sepuluh hari yang lalu ketika itu sekolah saya dengan hebohnya mengadakan peringatan Hari Kartini. Peringatan itu layaknya sebuah pesta, penuh kegembiraan, ada music, pentas seni, segala jenis lomba siswa dan lomba guru. Maka saya sangat heran ketika peringatan Hardiknas tidak ada di sekolahku. Tentu Hari Kartini penting, tapi Hardiknas pun sangat penting, maka sangat ironi ketika kita dengan berpoya-poya merayakan Hari Kartini, tapi ketika tiba Hardiknas kita malah diam, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sebenarnya kalau memang kita harus memilih, mana yang lebih utama bagi sekolah kita yang notabenenya ujung tombak pendidikan itu, Hari Kartini, atau Hardiknas??

Akan tetapi, menurut saya kejadian ini, akibat tidak baiknya perencanaan program yang telah kita susun. dan kita cenderung tiba-tiba tanpa adanya rencana yang matang.

Semoga kita dapat berbenah diri...
asa itu masih ada...