METODE PENDIDIKAN YANG DITERAPKAN RASULULLAH SAW.
A. Pendahuluan
Dalam pandangan Islam Pendidikan adalah proses ‘memanusiakan manusia’, atau sering juga disebutkan untuk mencetak manusia paripurna (insane kamil). Dikatakan memanusiakan manusia karena pada dasarnya manusia tidak akan bisa mencapai jati dirinya menjadi manusia seutuhnya yang mampu melakukan peran, tugas serta tanggung jawabnya di atas bumi ini tanpa proses pendidikan.
Di Dalam QS. Al-Zariyat (51) : 56 disebutkan bahwa salah satu tujuan manusia dan jin diciptakan adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Ini berarti di dalam ajaran Islam semua aktivitas manusia pada akhirnya haruslah merupakan bentuk pengabdian diri kepada Allah SWT. Sementara tugas menyelenggarakan pendidikan tersebut adalah tugas setiap umat Islam, bukan hanya pemerinta, ustadz, keluarga dan sebagainya melainkan tugas kita semua.
Setelah melihat tujuan pendidikan Islam tersebut perlu adanya kerja keras dan persiapan yang baik dan strategi yang jitu agar tujuan tersebut benar-benar tercapai.
Pada masa Rasulullah SAW, ada seseorang yang mendatangi Nabi dan ia berkata :”…ya Rasulallah!, saya telah berzina, hukumlah saya..”
Lalu Rasullah dengan bijaksana menjawab : “ Pulanglah, barangkali kamu sedang tidak sadar apa yang telah kamu ucapkan”.
Keesokan harinya orang tersebut datang lagi dengan membawa berita yang sama dan Rasul pun memberi jawaban yang sama. Dan ini berulang sampai tiga kali.
Setelah ketiga kalinya akhirnya orang tersebut mendapat hukuman rajam.
Dari cerita tersebut timbul pertanyaan di benak kita, bagaimana metode yang diterapkan Rasulullah SAW dalam mendidik ummat sehingga ummat tersebut mau dan rela mengakui kesalahannya walaupun itu akan menghilangkan nyawanya sekalipun. Ini justru bertolak belakang dengan keadaan sekarang kebanyakan manusia selalu menutup-nutupi kesalahannya. Orang yang sudah jelas-jelas berbuat kesalahan malah bersikeras mencari bantuan agar ia tidak menjalani hukuman. Anak sering berbohong kepada orang tuanya, pemerintah tidak jarang membohongi rakyat dan lain sebagainya. Ini adalah salah satu indicator pendidikan kita belum berhasil.
B. Metode Nabi dalam mendidik Umat.
Dalam QS. Al-Baqara (2) : 151 dan al-Jumu’ah : 2. Allah menjelaskan tentang metode pendidikan Islam. Kalau kita cermati ternyata ada tiga fase yang diterapkan Rasulullah SAW dalam melaksanakan pendidikan itu.
yatluu ‘alaikum ayaatunaa yaitu proses menyampaikan ayat-ayat Allah, agar tujuan pendidikan Islam itu tercapai dengan baik hendaknya para guru/ orang tua tidak bosan menyampaikan pesan-pesan Allah kepaa siswanya. Ayat-ayat Allah maksudnya adalah isi/ makana dari ayat tsb, baik berupa nasehat, larangan dan perintah. Selain itu Allah menyebutkan dalam ayat lain bahwa dengan sering-sering mengingatnya yaitu salah satunya membaca ayat-ayatnya akan menenangkan jiwa.
wayuzakkikum yaitu mentazkiyah (pensucian). Dari sini dapat kita pahami bahwa sebelum menyampaikan pelajaran kepada siswa ternyata yang lebih dahulu dilakukan guru/ orang tua adalah proses mentazkiyah siswa. adapaun yang harus ditazkiyah adalah :
Jasad/ fisik yaitu guru/ orang tua harus memastikan bahwa pakaian yang dipakai oleh siswa/ anak, makanan yang dikonsumsinya serta seluruh fasilitas yang dipakainya tersebut bukanlah dari hasil pekerjaan yang haram. Karena anak yang dibesarkan dengan hasil yang haram hatinya akan tertutup dan sulit meenrima cahaya ilmu yang berkah.
Hati, setelah dipastikan jasad/ fisik siswa/ anak itu sudah bersih dan suci maka tahap berikutnya adalah pensucian hati, yaitu usaha menghilangkan sifat-sifat buruk seperti sombong, malas, benci, angkuh dsb, dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia seperti penyabar, kasih sayang, lemah lembut, santun. Karena bagaimana mungkin hati yang kotor dihinggapi oleh ilmu yang bersih.
Akal, yaitu membersihkan akal anak didik sehingga pada akhirnya ia tidak akan pernah berpikir untuk menipu orang lain, menyusahkan orang lain, menjerumuskan orang lain dan lain sebagainya.
Perlu disadari tugas mensucikan (tazkiyah) ini tidak semudah membalik telapak tangan. Yang pertama yang harus dilakukan oleh orang tua/ guru sebelum mentazkiyah anak didik adalah mentazkiyah dirinya sendiri, karena bagaimana mungkin sesuatu yang kotor dapat membersihkan yang kotor. Bagaimana mungkin orang tua pembohong menyuruh anaknya agar senantiasa berbuat jujur, seorang guru menyuruh siswanya agar berkasih sayang sementara dirinya tidak mencerminkan sifat kasih sayang.
Ta’lim, setelah selesai mentazkiah siswa, pada tahap berikutnya adalah ta’lim yaitu penyampaian ilmu pengetahuan (kurikulum pendidikan islam).
Di dalam ayat ini kurikulum pendidikan Islam itu ada dua yaitu :
al-Kitab, yaitu seluruh isi dari alqur’an
Al-Hikmah, yaitu sesuatu hal yang ada di balik ilmu pengetahuan tersebut.
Akhirnya mari kita Tanya diri kita apakah kita sudah mentazkiyah diri sebelum mentazkiyah anak didik…???
Bagi mahasiswa/ siswa apakah sudah mentazkiyah diri sebelum menerima pelajaran…?
Wallahu a’lam bishshawab…
PAK MUZANNI TERUSKAN PERJUANGANMU,,,
BalasHapusKLO BISA JUDULNYA YANG LEBIH MENARIK LAGI,,,,
K,,,,
SUKSESS
terima kasih atas dukungannya..
BalasHapus