Kamis, 14 November 2013

TAHUN BARU HIJRIYYAH SEBAGAI MOMENTUM PERSAUDARAAN


A.    Pendahuluan
Salah satu tren zaman sekarang ini di kalangan masyarakat kita adalah sifat cuek. Cuek bisa diartikan dengan sifat mementingkan diri sendiri, egois atau bahasa ilmiahnya individualistik. Kepedulian antar sesama sudah sesuatu hal yang langka di kalangan kita. Kita terlena dengan rutinitas kita sendiri tanpa melihat dan memperdulikan apa yang terjadi di sekitar kita, kita seakan tidak mau tau apa yang nasip umat islam di belahan dunia barat sana, kita acuh tak acuh akan umat islam yang dituduh sebagai biang kerok. Bahkan sangat disayangkan peran artis atau public figur  pun seolah mendukung keadaan individualistic ini. Lihat saja berapa banyak istilah-istilah tren di kalangan masyarakat kita tentang individualistic ini seperti : EGP (emang gua pikirin), Masbulloh (masalah buat lho), DL (derita lo), lo gue end. Dan sayangnya tanpa kita sadari kita sering mengucapkannya sehari-hari. Maka dengan kita sering mengucapkan istilah-istilah itu seolah kita juga mengkapanyekan sifat cuek ini.
Kondisi di atas menggambarkan tentang keadaan ummat islam zaman sekarang yang tidak lagi memiliki rasa persaudaraan yang kokoh, tidak memiliki rasa saling mengasihi dan menyayangi antar sesama, kita lebih asik dengan kesibukan kita  masing-masing.
Tentu kondisi ini tidak bias kita biarkan seprti ini terus, maka melalui momentum perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 H atau yang lebih dikenal dengan tahun baru Hijriyyah kita rajut kembali tali persaudaraan yang mulai kusut. Sebagaimana salah satu semagat Hijrah itu adalah semangat persaudaraan.
B. Konsep Persaudaraan Menurut Islam
Salah satu pondasi dalam membangun masyarakat madani yang ditanamkan Rasulullah SAW ketika dia sampai ke Kota Madinah adalah persaudaraan. Semua ummat islam harus mengganggap dan memperlakukan muslim yang lainnya seperti  saudaranya sendiri yang wajib ia kasihi, sayangi dan lindungi. Dan tidak ada perbedeaan di antara kaum Muhajirin (orang-orang yang ikut berhijrah bersama Nabi dari kota Mekkah) dan kaum Anshor (penduduk pribumi madinah). Sehingga dari kokohnya persaudaraan inilah yang kelak akan menjadi kekuatan ummat islam yang dahsyat.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang berbicara tentang pentingnya persaudaraan sesame muslim, diantaranya adalah  dalam QS : Al-Hujrat ayat 10
        أَخَوَيْكُم بَيْنَ فَأَصْلِحُوا إِخْوَةٌ الْمُؤْمِنُونَ إِنَّمَا
sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah pada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS : Al-Hujrat : 10).[1]
Lalu bagaimana konsep persaudaraan yang diajarkan Rasulullah SAW ?
Hadis I :
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam berka : Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai  saudaranya sebagaimana  dia mencintai  dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim.[2]
Hadis II
Mukmin yang satu dengan muknin yang lainnya adalah laksana bangunan, menguatkan satu dengan yang lainnya.
Maksud hadis di atas adalah tidak sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Yang dimaksud kecintaan disini adalah memberikan kebaikan dan manfaat dalam hal kecintaan agamawi.
            Dari hadis diatas paling tidak ada 2 (dua) hal yang menjadi konsep persaudaraan yang diajarkan rasulullah kepada kita :
1.      Mencintai sesama muslim sebagaimana mencintai diri sendiri
2.      Persaudaraan orang mukmin itu ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan.
Jadi, begitulah konsep persaudaraan yang hakiki. Ibarat sebuah bangunan bila ada salah satu unsur bangunan yang rapuh maka akan merapuhkan atau melemahkan unsur yang lain. Atau dalam istilah lain seperti tubuh manusia apabila satu anggota tubuh sedang sakit maka anggota yang lain ikut merasakan kepedihannya. Sehingga ada ungkapan ‘telinga yang sakit mata juga tidak bisa tidur.’
Dengan begitu kita tidak akan mampu membiarkan saja ketika melihat nasib saudara kita ditindas dan dizolimi, kita tidak akan mampu makan dengan lahapnya mana kala ada saudara dan tetangga kita yang kelaparan dan kita tidak akan mampu tidur nyenyak bila masih ada saudara kita yang kesakitan. Begitu juga kita tidak akan bisa tenang bila kita melihat saudara kita melakukan sebuah kemaksiatan tanpa kita nasehati dan kita ajak ke jalan yang sebenarnya, karena pada dasarnya kita tidak ingin masuk surge sendiri-sendiri melainkan kita ingin masuk sorg secara bersama-sama dan berjamaah. Begitulah indahnya konsep persaudaraan yang diajarkan oleh rasulullah SAW.

C.    Kesimpulan
kondisi ummat islam pada saat ini yang serba individualistic adalah akibat mulai pudarnya rasa persaudaraan dikalangan sesama muslim. Oleh karena itu momentum perayaan tahun baru Islam ini seyogianya menyadarkan kita akan pentingnya persaudaraan. Perssaudaraan yang hakiki akan menciptakan persatuan, persatuan akan menciptakan kekuatan umat islam, kekuatan umat islam akan menciptakan suasana yang damai dan tenteram.
Hendaklah di setiap jiwa-jiwa seorang muslim terpatri rasa persaudaraan yang hakiki, yang mampu mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, yang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh saudaranya. Wallohu a’lam.



[1] Tim Al-Mizan, Al-Alim : Al-qur’an dan Terjemahannya, Al-Mizan Publishing House,(cet.10) Bandung; 2011. Hal. 517
[2] Muhammad Abdurrazak Mahilli, Cahaya Nabawi :Syarah Sufistik 40 Hadis Imam Nawawi (terj. Abdul Halim),Iiman, Bandung; 2003

*Tulisan ini mendapat predikat Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Pada Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 H antar guru di Sekolah Namira 

0 komentar:

Posting Komentar