A.
Pendahuluan
Salah
satu tren zaman sekarang ini di kalangan masyarakat kita adalah sifat cuek. Cuek bisa diartikan dengan sifat mementingkan diri sendiri, egois
atau bahasa ilmiahnya individualistik. Kepedulian antar sesama sudah sesuatu
hal yang langka di kalangan kita. Kita terlena dengan rutinitas kita sendiri
tanpa melihat dan memperdulikan apa yang terjadi di sekitar kita, kita seakan
tidak mau tau apa yang nasip umat islam di belahan dunia barat sana, kita acuh
tak acuh akan umat islam yang dituduh sebagai biang kerok. Bahkan sangat
disayangkan peran artis atau public figur pun seolah mendukung keadaan individualistic
ini. Lihat saja berapa banyak istilah-istilah tren di kalangan masyarakat kita
tentang individualistic ini seperti : EGP (emang gua pikirin), Masbulloh
(masalah buat lho), DL (derita lo), lo gue end. Dan sayangnya tanpa kita sadari
kita sering mengucapkannya sehari-hari. Maka dengan kita sering mengucapkan
istilah-istilah itu seolah kita juga mengkapanyekan sifat cuek ini.
Kondisi
di atas menggambarkan tentang keadaan ummat islam zaman sekarang yang tidak
lagi memiliki rasa persaudaraan yang kokoh, tidak memiliki rasa saling
mengasihi dan menyayangi antar sesama, kita lebih asik dengan kesibukan kita masing-masing.
Tentu
kondisi ini tidak bias kita biarkan seprti ini terus, maka melalui momentum
perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 H atau yang lebih dikenal dengan
tahun baru Hijriyyah kita rajut kembali tali persaudaraan yang mulai kusut.
Sebagaimana salah satu semagat Hijrah itu adalah semangat persaudaraan.
B. Konsep Persaudaraan Menurut
Islam
Salah
satu pondasi dalam membangun masyarakat madani yang ditanamkan Rasulullah SAW
ketika dia sampai ke Kota Madinah adalah persaudaraan. Semua ummat islam harus
mengganggap dan memperlakukan muslim yang lainnya seperti saudaranya sendiri yang wajib ia kasihi,
sayangi dan lindungi. Dan tidak ada perbedeaan di antara kaum Muhajirin (orang-orang
yang ikut berhijrah bersama Nabi dari kota Mekkah) dan kaum Anshor (penduduk
pribumi madinah). Sehingga dari kokohnya persaudaraan inilah yang kelak akan
menjadi kekuatan ummat islam yang dahsyat.
Banyak
sekali ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang berbicara tentang pentingnya
persaudaraan sesame muslim, diantaranya adalah dalam QS : Al-Hujrat ayat 10
أَخَوَيْكُم بَيْنَ فَأَصْلِحُوا
إِخْوَةٌ الْمُؤْمِنُونَ إِنَّمَا
“sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah
pada Allah agar kamu mendapat rahmat.(QS : Al-Hujrat : 10).[1]
Lalu
bagaimana konsep persaudaraan yang diajarkan Rasulullah SAW ?
Hadis I :
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu
‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam berka : Rasulullah SAW
bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga
dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim.[2]
Hadis II
Mukmin yang satu dengan muknin yang
lainnya adalah laksana bangunan, menguatkan satu dengan yang lainnya.
Maksud hadis di atas adalah tidak
sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana
mencintai dirinya sendiri. Yang dimaksud kecintaan disini adalah memberikan
kebaikan dan manfaat dalam hal kecintaan agamawi.
Dari
hadis diatas paling tidak ada 2 (dua) hal yang menjadi konsep persaudaraan yang
diajarkan rasulullah kepada kita :
1. Mencintai
sesama muslim sebagaimana mencintai diri sendiri
2. Persaudaraan
orang mukmin itu ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan.
Jadi,
begitulah konsep persaudaraan yang hakiki. Ibarat sebuah bangunan bila ada salah
satu unsur bangunan yang rapuh maka akan merapuhkan atau melemahkan unsur yang
lain. Atau dalam istilah lain seperti tubuh manusia apabila satu anggota tubuh sedang
sakit maka anggota yang lain ikut merasakan kepedihannya. Sehingga ada ungkapan
‘telinga yang sakit mata juga tidak bisa tidur.’
Dengan
begitu kita tidak akan mampu membiarkan saja ketika melihat nasib saudara kita
ditindas dan dizolimi, kita tidak akan mampu makan dengan lahapnya mana kala
ada saudara dan tetangga kita yang kelaparan dan kita tidak akan mampu tidur
nyenyak bila masih ada saudara kita yang kesakitan. Begitu juga kita tidak akan
bisa tenang bila kita melihat saudara kita melakukan sebuah kemaksiatan tanpa
kita nasehati dan kita ajak ke jalan yang sebenarnya, karena pada dasarnya kita
tidak ingin masuk surge sendiri-sendiri melainkan kita ingin masuk sorg secara
bersama-sama dan berjamaah. Begitulah indahnya konsep persaudaraan yang
diajarkan oleh rasulullah SAW.
C.
Kesimpulan
kondisi
ummat islam pada saat ini yang serba individualistic adalah akibat mulai
pudarnya rasa persaudaraan dikalangan sesama muslim. Oleh karena itu momentum
perayaan tahun baru Islam ini seyogianya menyadarkan kita akan pentingnya
persaudaraan. Perssaudaraan yang hakiki akan menciptakan persatuan, persatuan
akan menciptakan kekuatan umat islam, kekuatan umat islam akan menciptakan
suasana yang damai dan tenteram.
Hendaklah
di setiap jiwa-jiwa seorang muslim terpatri rasa persaudaraan yang hakiki, yang
mampu mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, yang mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh saudaranya. Wallohu a’lam.
[1]
Tim Al-Mizan, Al-Alim : Al-qur’an dan
Terjemahannya, Al-Mizan Publishing House,(cet.10) Bandung; 2011. Hal. 517
[2]
Muhammad Abdurrazak Mahilli, Cahaya
Nabawi :Syarah Sufistik 40 Hadis Imam Nawawi (terj. Abdul Halim),Iiman,
Bandung; 2003
*Tulisan ini mendapat predikat Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Pada Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 H antar guru di Sekolah Namira
0 komentar:
Posting Komentar