Selasa, 21 Desember 2010

Komunikasi Pendidikan

Komunikasi merupakan kunci kesuksesan dari setiap pekerjaan terutama pekerjaan kolektif. sedangkan yang saya maksud komunikasi pendidikan adalah komunikasi yang diterapkan didalam proses pendidikan khususnya di sekolah. sebelum saya lebih jauh berbicara lebih dahulu kita ketahui apa yang dimaksud dengan komunikasi?. Komunikasi adalah proses penyampaian/perpindahan pesan dari si pengirim pesan (sender) kepada si penerima pesan (reciever). maka dari itu dapatlah kita pahami secara sederhana bahwa komunikasi pendidikan adalah proses penyampaian pesan dari si pengirim kepada si penerima di sekolah.

Komunikasi pendidikan dapat dibagi kepada :
  1. Komunikasi antara guru dengan siswa begitu sebaliknya
  2. Komunikasi antara guru dengan orangtua siswa begitu sebaliknya
  3. Komunikasi antara siswa dengan siswa
  4. Komunikasi kepala sekolah (pimpinan) dengan guru / pegawai begitu juga sebaliknya.
  5. Komunikasi guru dengan guru
Dalam paparan yang sederhana ini terlebih dahulu saya bahas jenis komunikasi nomor 1. yaitu : komunikasi antara guru dengan siswa atau sebaliknya siswa dengan guru.
Guru yang berhasil adalah guru yang mampu berkomunikasi dengan siswanya dengan baik. di dalam proses komunikasi itulah guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran, maka apabila proses pembelajaran berhasil, itu merupakan tanda keberhasilan komunikasi pendidikan yang diterapkan oleh guru dengan siswanya. di dalam proses komunikasi verbal guru harus mampu memilah-milah apa yang harus disampaiakan kepada siswa, dan apa yang tidak boleh disampaikan kepada siswa, karena tsuatu topik pembicaraan belum tentu berlaku untuk semua orang. sebagaimana saya paparkan dalam tulisan yang sebelumnya tentang sifat pendidik. nah, disinalah terkadang guru tidak bisa menerapkan komunikasi pendidikan yang baik. biasanya dikarenakan merasa sudah terlalu akrab dengan siswa sehingga terkadang guru menganggap siswanya tersebut seperti 'kawan sebayanya'. sehingga siswa pun menganggap begitu juga. dan akibatnya guru dengan sendirinya akan kehilangan jati dirinya sebagai pendidik di hadapan siswanya.
begitu juga dalam komunikasi non verbal guru mesti mampu memerankan komunikasi jenis ini sebaik-baiknya guna menyokong peroses komunikasi verbal. di dalam komunikasi non verbal ini guru juga dituntut mampu menjaga jarak dengan siswanya (bukan bermakna menjauhkan diri), semua tingkah laku guru akan direspon oleh siswa sehingga semua tingkah laku guru akan dianggap siswa sebagai tindakan yang benar. maka oleh karena itu apabila guru sering melaksanakan tindakan yang tidak wajar di depan siswa seperti kentut sembarangan, karena akan membuat siswa melakukan perbuatan seperti itu. tentu ini tidak kita harapkan.
bersambung....
wallohu a'lam


Senin, 13 Desember 2010

Sifat Pendidik

Sebagai Pendidik manusia yang diakui keberhasilannya Nabi mempunyai empat sifat yang seyogianya ditiru oleh semua orang khususnya pendidik, baik itu orangtua, guru, maupun tokoh masyarakat. adapun empat sifat pendidik itu ialah  :
1. Siddiq , artinya jujur, tidak pernah bohong, transparan tidak ada yang ditutup-tutupi.
2. Amanah, artinya Ahli di bidangnya atau sering disebut profesional
3. Tabligh, artinya komunikatif, pandai berkomunikasi kepada semua orang, mampu memilih-milah tema pembicaraan sesuai dengan lawan bicaranya, menyampaikan semua informasi yang berhak diketahui orang/siswanya, juga sedikit bicara dan banyak berbuat. Nabi bersabda : barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata-kata yang baik atau lebih baik ia diam.
4. Fathonah, artinya bijaksana, mampu serta berani mengambil keputusan yang tepat.

Kamis, 09 Desember 2010

Pembangunan Manusia

Kita boleh saja sukses dalam membangun teknologi, akan tetapi kita belum mampu mensukseskan pembangunan manusia, oleh karenanya teknologi yang kita bangun lebih banyak yang dirugikan daripada yang diuntungkan, ini disebabkan manusia belum siap menerima hal itu dikarenakan pembangunan manusia melalui institusi pendidikan belum sukses terlaksana.
Manusia adalah sumber daya yang potensial dalam pembangunan teknologi. Al-Gozali menyebutkan ada tiga unsur dalam diri manusia yang potesial untuk perkembangan dan pembangunan manusia tersebut. yaitu
    1. Hati/Qolbu, Hati akan sangat berpotensi membawa manusia kearah mana yang ingin kita tuju.
                  Al-Gozali melanjutkan tugas hati/qolb adalah : 
  • Mencari Ilmu : menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat (al'ilmu fisshudur, laisa fissutur: ilmu itu di dalam hati bukan di dalam buku),
  • Mencari hikmah, oleh karenanya bagi orang yang beriman yang hatinya bersih semua yang terjadi pada dirinya tidak ada yang sia-sia, apabila mengalami kesenangan dia bersyukur, begitu sebalikmya apabila mengalami musibah dia bersabar (maa kholaqta haadzaa baathilaa) 
    2. Akal/pikiran, berfungsi untuk memikirkan alam semesta ini guna untuk pengembangan dirinya.
    3. Nafsu, yaitu sebagai faktor pendorong akal untuk meningkatkan etos kerja, maka dari itu nafsu harus  ditunggangi oleh akal.
dalam dunia pendidikan/akademik, pemerintah dan kita masih berkutat pada pembangunan akal/pikiran, sehingga kebijakan-kebijakan yang ada masih sekedar upaya pengembangan akal/intelektual semata. sementara Islam menjelaskan bahwa yang sangat dominan berperan dalam pembangunan dan pengembangan manusia itu adalah hati/qolb. Nabi menjelaskan bahwa didalam tubuh manusia itu ada mudhghoh (segumpal daging), apabila itu baik, maka baiklah seluruh raganya, apabila itu buruk maka buruklah seluruh raganya. itulah Qolb/hati.
tentu seharusnya pembangunan hati inilah yang harus kita galakkan, akan tetapi pada kenyataannya kita melupakannya. oleh karena itu sangat mustahil  tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam UUD '45 kita akan berhasil apabila tidak dibarengi dengan pembangunan hati/Qolb.

wallohu a'lam

Kamis, 25 November 2010

Esensi Peringatan Hari Guru


Setiap tanggal 25 November kita selalu memperingati Hari Guru, tiap-tiap sekolah membuat acara/kegiatan yang bertujuan untuk memeriahkan tsb. Peringatan Hari Guru sangat dibutuhkan agar kita semua tidak lupa akan jasa-jasa para guru kita karena merekalah kita bisa jadi begini.

Esensi Peringatan Hari Guru adalah :

      1. Mengingatkan kita betapa hebat, dan mulianya tugas seorang guru.
      2. Mengevaluasi eksistensi para guru
  1. Mmengingatkan kepada para guru akan semua tugas dan tanggung jawabnya
maka dari 3 eksistensi di atas lah kita beranjak untuk membuat kegiatan di atas. terkadang kita terlalu disibukkan dengan acara seremonial dan hiburan belaka tetapi kita lupa terhadap esensi yang sebenarnya.

Pada kamis, 25 November ini memberikan pesan kepada para :
1. siswa : agar menghormati, menyayangi para gurunya
2. guru : agar terus mengembangkan diri guna mencerdaskan bangsa, dan terus ikhlas dalam mendidik
3. orang tua : agar menyadari guru bukanlah 'pembantu' yang bisa didikte, melainkan merupakan patner dalam hal mendidik anak.

wallohu a'lam

Muzanni Lubis mengucapkan Selamat Hari Guru kepada seluruh guru yang telah mengajarkan apa saja kepada saya sejak saya lahir sampai saat sekarang ini, semoga Allah senantiasa menyayangimu,, Amin..

Kamis, 11 November 2010

Manajemen Waktu Sekolah

Waktu belajar di sekolah relatif sangat singkat, oleh karenya para pimpinan sekolah harus mampu memenej waktu semaksimal mungkin agar waktu yang tersedia bisa tergunakan seefektif dan seefisien mungkin.
termasuk dalam manajemen waktu sekolah adanya kalender akademik, dimana dalam kalender akademik kita akan tahu berapa waktu untuk belajar efektif, libur, bermain, ujian, dll. Perumusan kalender akademik dibuat di awal tahun oleh karenya seluruh aktivitas akademik seperti belajar, libur, ujian haruslah disesuaikan dengan kalender akademik yang ada. sehingga tidak ada lagi alasan kurangnya waktu belajar, atau adanya libur-libu 'mendadak'. dan kalaupun ada hal-hal yang mendadak tentunya kita sudah menyiapkan rencana lain agar komitmen terhadap kalender akademik tidak ternodai. oleh karena itulah dalam segala hal kita harus mempunya planing A dan Planing B yang mana bertujuan apabila planing A tidak bisa dijalankan maka planing B diharapkan bisa mengganti planning A.
Akhirnya kita memang dituntut komitmen dan konsisten dalam melaksanakan kalender akademik tersebut. tanpa itu kita akan melayang di tengah-tengah dan sulit akan mencapai tujuan yang ingin dicapai.

wallohu a'lam.

Rabu, 10 November 2010

Manajemen Waktu


Pentingnya waktu:
waktu sangat berharga, oleh karenanya banyak istilah yang diungkapkan oleh beberapa pihak dari berbagai dunia untuk mendeskripsikan waktu. antara lain : the time is money (waktu adalah uang); al-waktu ka asy-syaif (waktu bagikan pedang) ; bahkan Allah bersumpah dalam menyebutkan waktu wal-ashri (demi masa).

Perlunya Manajemen waktu
begitu penting dan berharganya waktu sehingga banyak orang yang merugi hanya dikarenakan melalikan waktu. oleh karenanya agar kita dapat memaksimalkan waktu yang ada hendaklah ada manajemen waktu.
di dalam manajemen waktu, kita sudah merencanakan apa yang akan kita laksanakan baik berupa harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan. sehingga kita berusaha agar tidak ada satu pun kegiatan yang kita laksanakan yang lari sari rencana yang telah disusun.
akan tetapi, kalau kita tidak memahami manajemen waktu maka apa yang akan kita laksanakan hanya bersadarkan apa yang kita ingat pada saat itu. dan ini akan mengakibatkan hilangnya konsentrasi terhadap tujuan yang ingin kita capai.

wallohu a'lam

Jumat, 05 November 2010

Mobile Class (Kelas Bergerak)


Apa itu Mobile clas?
Mobile clas atau kelas bergerak merupakan sistem belajar yang mana setiap siswa tidak memiliki kelas yang permanen artinya setiap saat kelas belajar siswa berobah-obah sesuai dengan mata pelajarannya.

Kelebihan Mobile Clas
adapun kelebihan dari sistem kelas bergerak adalah:
  • kelas yang dibutuhkan tidak mesti sebanyak jumlah rombongan belajar;
  • semua sarana belajar dapat dimanpaatkan semaksimal mungkin dan bisa dijadikan pengganti kelas seperti, ruang laboratorium, ruang musholla, aula, tanah lapang dsb.;
  • menambah gairah belajar siswa, karena setiap saat dia mengalami ruangan/ situasi yang berbeda-beda.
sistem kelas bergerak juga sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah pavorit yang mana jumlah rombongan belajarnya melebihi jumlah ruangan kelas yang tersedia.


Kekurangan Mobile Clas
adapun kekurangan atau hambatan penerapan sistem kelas bergerak adalah
  • sulitnya mengatur jadwal belajar siswa agar tidak ada yang tumpang tindih,
  • guru akan mudah mengalami kebosanan karena cenderung menempati ruangan yang itu-itu juga;
  • memerlukan waktu untuk siswa beralih dari kelas A ke kelas B begitu seterusnya;
  • hanya mungkin bisa diterapkan bagi sekolah tingkat atas

Peluang
sistem kelas bergerak menjadi solusi bagi sekolah-sekolah favorit yang banyak diminati siswa agar mampu menampung siswa lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.

wallohu a'lam.

Kamis, 21 Oktober 2010

URGENSI EKSTRAKURIKULER


Para praktisi pendidikan mestinya menyadari pentingnya kegiatan ekstrakurikuler dan menerapkannya di sekolah yang dimpimpinnya masing-masing. Karena di dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa mampu mengembangkan minat, bakat serta potensi yang dimilikinya. kita menyadari bahwa keguatan pembelajaran di kelas saja tidak mampu menampung semua kebutuhan siswa, oleh karenya kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu solusi agar siswa memilih kegiatan apa saja yang diinginkannya sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tentu dengan arahan dan bimbingan para guru.

Tidak bisa dipungkiri sebagian siswa mungkin tidak terlalu pandai di bidang pelajaran x tapi bisa jadi dia sangat mahir dalam pelajaran yang lain, nah, bayangkan kalau kita tidak memahami dan menyadari hal tersebut. maka minat dan bakat siswa tersebut akan terpendam dan dia akan merasakan ketidaksenangan dalam belajar karena dia merasa apa yang dia inginkan tidak bisa dipenuhi oleh gurunya.

oleh karena itu, bagi seluruh praktisi pendidikan khususnya para pemegang otoritas di sekolah maupun di kelas mari kita ciptakan dan berdayakan kegiatan ekstrakurikuler, jangan ada anggapan lagi ekstrakurikuler hanyalah sebagai kegiatan pengisi waktu kosong melainkan merupakan sebuah solusi yang sangat penting guna pengembangan minat, bakat serta kemampuan siswa.

wallohu a'lam

Kamis, 14 Oktober 2010

Agama dan Sains

oleh :Fauzi Saleh - Opini
ISLAM mengajarkan manusia dengan wahyu yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Wahyu yang menjadi pedoman itu diturunkan oleh Allah swt dalam bentuk matluw (yang dibaca: Alquran) dan ghayr al-matluw (sunnah). Wahyu al-matluw memberikan landasan global tentang aspek ibadah dan muamalah yang dikemudian diaplikasikan dengan sunnah sebagai wahyu ghayr matluw di samping memberi ketentuan hal-hal yang belum tercakup dan penguat ketentuan yang sudah ada dalam Alquran.

Dalam aspek sains, Alquran, sebagai pilar utama dalam Islam, tidak memberikan penjelasan terperinci. Karena Alquran bukanlah kitab ‘ilmiyyah tetapi hidayah. Meskipun demikian, statement dan ungkapan Alquran sangat ilmiah yang teruji sepanjang waktu dan zaman. Validitas Alquran dalam mengungkap fenomenal saintifik menunjukkan kemukjizatannya dan orinisinalitas produk Ilahi.

Kenapa Alquran berbicara tentang sains? Sains sebenarnya hasil tadabbur terhadap ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan tersurat. Karena ayat adalah tanda-tanda (simbol) yang menunjukkan keagungan dan kemahakusaan Tuhan. Ayat yang dimaksud terbagi dua, ada yang disebut dengan ayat qawliyyah dan ayat ada pula kawniyyah.

Pendekatan sains terhadap agama
Berbicara tentang agama sebagaimana kita bicarakan sebelumnya berarti berbicara tentang kitab suci. Agama tanpa kitab suci ibarat kapal tanpa pengendali. Menurut Dr. Zakir Naik, ada dua pendekatan untuk melihat sains dalam kaca mata agama. Pertama, concordist approachi dan kedua: conflict approach.

Concordist approach merupakan suatu pendekatan di mana seorang peneliti mencoba memahami ayat-ayat dan mengkorelasikan dengan fenomena-fenomena alamiah. Perlu dipahami bahwa ayat-ayat yang diturunkan Allah swt berbicara dalam bahasa yang dipahami. Sebagai contoh, Allah swt berfirman yang artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui”. (Qs. Al-Baqarah: 22)

Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi dalam bentuk hamparan (tikar). Ayat ini sama sekali tidak menafikan kenyataan ilmiah bahwa bumi itu bulat. Allah hendak menjelaskan bahwa dalam pandangan normal manusia memang bumi dalam keadaan terhampar sehingga memungkin manusia untuk tinggal dan mencari kehidupan di sana.

Sementara conflict approach merupakan suatu pendekatan di mana seorang peneliti hendak mem’pertengkarkan’ antara kitab suci dengan fenoma-fenoma alam. Pendekatan ini biasa digunakan untuk mencari celah penafian eksistensi agama yang berujung pada ateisme dan sekularisasi pemikiran atau meremehkan nilai-nilai normative agama.

Hidayah dan Ilmiah
Kebenaran Alquran memang diakui oleh manusia, baik muslim ataupun non-muslim. Tetapi dalam kenyataannya, ilmuwan-ilmuwan itu tidak semua kemudian mengubah keyakinannya setelah pengakuan kebenaran Alquran. Bagi mereka, ilmu itu untuk ilmu sementara bagi umat Islam, ilmu adalah alat dan jembatan untuk beramal. Kalau ilmu untuk ilmu, maka hidayah akan jauh dari seorang ilmuwan.

Perlu digarisbawahi, orang yang bertambah ilmu namun tidak bertambah hidayah, maka ia semakin menjauh dari nur Ilahi dan nilai-nilai spiritual. Manusia boleh mengagungkan dan menuhankan sains dan teknologi, tetapi bila tidak diikat dengan nur Ilahi justeru banyak menimbukan mafsadah (kehancuran) daripada kemaslahatan.

Tulisan ini tidak bermaksud labelisasi ilmu dan teknologi. Artinya tidak perlu berbangga dengan penambahan kata “islam” dipenghujung sebuah produk ilmu, sementara sistem dan substansi belum Islami. Akhir-akhirnya ngetrend dengan terma seumpama “pendidikan Islam”, “ekonomi Islam”, “politik Islam” dan seterusnya. Dari segi syiar sudah lumayan, tetapi apakah kita sudah puas dengan sekadar label sementar substansinya jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

Islam itu hidayah, artinya sebuah produk Islami akan mendorong produsennya, distributornya dan konsumennya merasakan rahmatan. Rahmatan bagi produsen artinya mereka yang menghasilkan barang merasakan untung yang halal dengan produk yang bermanfaat bagi orang lain. Rahmatan bagi distributor artinya ia mendapatkan gaji yang layak bagi kehidupan diri, anak dan istri. Rahmatan bagi konsumen artinya bukan produk aspal (asli kelihatannya palsu pada kenyataan). Dengan demikian, orang merasa bahwa umat Islam memang menyajikan kasih sayang sesama. Mungkin melalui jalur itu, Allah memberikan hidayah kepadanya untuk menjadi muslim.

Dikotomi Ilmu
Islam pada hakikatnya tidak mengenal dikotomi ilmu. Terbukti bahwa ulama terdahulu mereka kental akidah, fiqh dan akhlak, tetapi mereka juga memahami ilmu sejarah, matematika, manajemen dan seterusnya. Imam al-Ghazali umpamanya mengklasifikan ilmu dengan sebagai skala prioritas. Sehingga beliau berpendapat ada ilmu yang sifatnya fardh ‘ain dan ada pula yang fardhu kifayah. Pembagian ini tentunya pertimbangan batas kemampuan manusia. bagi mereka yang memiliki kemampuan terbatas, maka sekurang-kurangnya mereka harus memiliki pilar-pilar dasar dalam beribadah dan bermuamalah. Tetapi bagi mereka yang memiliki kemampuan secara intelektual, emosial dan rasional, kenapa yang membatasi diri dengan beberapa bagian ilmu saja. Bukan semakin banyak bidang ilmu yang kita miliki maka semakin luas cakrawala dan cara berpikir.

Islam tidak akan maju bila masih terjadi dikotomi ilmu dalam kehidupan. Seorang ilmuwan-muslim apa pun latarbelakang pendidikan dan profesinya-sebagai dai, imam, guru dan figur dalam masyarakatnya. Ini menunjukkan betapa dekatnya kehidupan ini dengan agama. Agama di sini berfungsi sebagai pembawa pencerahan untuk semua.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sains mengambil posisi yang sangat urgen dalam menguatkan sisi keagamaan seseorang. Sebaliknya agama selalu mendorong manusia untuk mendalami sains dalam rangka membangun kehidupan yang lebih hidup. Agama merupakan norma dasar yang memiliki nilai-nilai universal untuk ikut mewarnai sains. Hal itu dimaksudkan agar sains yang dihasilkan itu betul-betul bermanfaat secara total bagi kehidupan manusia secara individual dan komunal.

Akumulasi pemahaman di atas akhirnya dapat menghasilkan sebuah kehidupan kolektif yang menghargai sains dalam framing keagamaan demi mewujudkan sebuah negeri yang berpredikat “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” (sebuah negeri yang makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun).

* Penulis adalah dosen Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Jumat, 08 Oktober 2010

Suasana Lingkungan Sekolah Dan Produktifitas Guru

Guru yang produktif artinya guru yang mampu melahirkan ide-ide cemerlang guna perbaikan dan kemajuan suatu sekolah khususnya di bidang pembelajaran, tentu guru yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesian saat ini. akan tetapi dilemanya guru yang seperti ini masih jarang kita jumpai di seatero negara ini.
salah satu yang dapat mempengaruhi produktifitas seorang guru adalah lingkungan sekolah
sekolah yang kondusif seperti lingkungannya bersih, tata ruangnya rapi, dan hubungan sesama guru terjalin dengan baik tentu akan membuat guru merasa senang dalam berkarya sehingga pada akhirnya dia akan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. akan tetapi kalau di suatu sekolah lingkungannya tidak kondusif (kebalikan dari kondusif) maka sedikit harapan kita untuk mendapat guru-guru yang produktif..
oleh karena itu para pemimpin di sekolah merupakan tugas utamanya untuk menciptakan suasana lingkungan sekolah yang kondusif.

Selasa, 08 Juni 2010

Tujuan Evaluasi


Evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa.tidak perlu dipersebatkan lagi evaluasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan, karena dengan evaluasi pembelajaran akan terus menjadi terarah dan diharapkan akan menjadi tolok ukur pengambilan suatu keputusan dalam pendidikan.

dalam tulisan ini penulis tidak memaparkan lagi tentang defenisi evaluasi pendidikan secara teoritis, melainkan penulis hanya memaparkan tentan beberapa problem praktik evaluasi pendidikan di lapangan.

Dilema Evaluasi Pendidikan
akhir-akhir ini sering kita dengar ada anggapan evaluasi itu hanya berguna bagi siswa untuk mendapat nilai dan menentukan ranking dan penulis menamakannya dengan evaluasi 'satu arah'.

apa itu evaluasi satu arah?

evaluasi satu arah yang penulis maksud adalah bahwa fungsi dan cara evaluasi yang digunakan cenderung bersifat subjektif. artinya evaluasi itu hanya melibatkan guru tanpa memandang hal-hal yang lain seperti mengevaluasi butir soal, mengevaluasi metode yang digunakan, mengevaluasi alat bantu dan cara mengajar guru. sehingga guru melaksanakan evaluasi hanya menuliskan sejumlah soal-soal yang harus dijawab oleh siswa dan akhirnya siapa nilainya yang tidak mencukupi akan diadakan ujian ulangan.

Evaluasi pendidikan paling tidak mempunyai beberapa manfaat. antaranya:
manfaat untuk siswa:
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap suatu materi pembelajaran, apabila belum mencapai hasil yang standar berarti mengindikasikan ada masalah dalam pembelajaran.
manfaat untuk guru:
yaitu dengan melaksanakan evaluasi pendidikan guru akan mengetahui apakah langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakannya berhasil atau tidak. kalau sekiranya sudah berhasil berarti perlu dipertahankan dan diberi penguatan lagi, tapi kalau sekiranya belum berhasil maka guru harus meninjau ulang langkah-langkah pembelajaran yang telah ia laksanakan.
manfaat untu pengambil kebijakan:
yaitu bagi orang-orang yang bertugas mengambil kebijakan dalam pendidikan seperti kepala sekolah,pemerintah dll. haruslah merujuk kepada hasil evaluasi pendidikan, yaitu untuk mengetahui kebijakan apa yang akan diambil dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan.

Dan disinilah letak dilema evaluasi pendidikan yang penulis maksud bahwa dari tiga manfaat diatas yang lebih dominan hanya sampai kepada manfaat yang pertama yanitu manfaat bagi siswa sedangkan manfaat untuk guru dan pengambil kebijakan tidak dominan. sehingga apapun hasil dari evaluasi tersebut hanya melibatkan siswa. kalau siswa tidak bisa menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru selalu yang disalahkan siswanya dan diklaim siswanya bodoh-bodoh. pada hal seharusnya belum tentu siswa yang tidak biasa menjawan soal dikarenakan dia bodoh bisa jadi karena cara penyampain guru tidak dapat dicernanaya dengan baik. tapi sayangnya sedikit diantara para guru yang dapat besikap ksatria untuk mengakui kelemahannya dalam mengajar.

wallohu a'lam

Rabu, 24 Maret 2010

Dikotomi Ilmu

Apakah itu dikotomi?

Dikotomi adalah pemisahan suatu hal yang seharusnya dipadukan. jadi dikotomi ilmu adalah pemisahan antara ilmu yang satu (umum) dengan ilmu yang lainnya (agama) yang seharusnya dipadukan.

Dikotomi Ilmu itu dipandang dari dua sudut: yang pertama dari sudut institusi yaitu terjadinya pemisahan tanggungjawab penyelenggara pendidikan agama dalam hal ini Depag dengan pendidikan Umum dalam hal ini Depdiknas. sehingga hal ini sebagian kalangan menganggap pendidikan Agama berpisah dengan pendidikan umum.

Mengapa terjadi dikotomi Ilmu?

Dikotomi ilmu terjadi tidak bisa dipisahkan dengan isu sekularisme yang sekarang ini dielu-elukan dan bahkan mulai diadopsi oleh bangsa kita dari seluruh lini kehidupan. sekularisme mengajarkan tentang pemisahan antara agama dengan negara. agama tidak bisa mengurusi negara sehingga agama hanya mengurusi ibadah terhadap Tuhannya.

Apa Implikasinya di Sekolah?

Adapun implikasi dari dikotomi ilmu ini di tingkat sekolah adalah terjadinya paradigma yang 'keliru' dikalangan para guru, seperti guru umum menganggap dia hanya bertanggungjawab terhadap pelajaran yang dia asuh, sementara tanggungjawab pengamalan agama siswa yang bertanggungjawab adalah guru agama. dan ini terjadi hampir diseluruh sekolah bahkan sekolah yang mengklaim dirinya sebagai sekolah islam sekalipun.

Apa bahaya dari dikotomi ilmu?

Paling tidak bahaya dikotomi ilmu itu adalah terjadinya sekat-sekat antara guru agama dan guru umum pada praktiknya; dikarenakan tanggungjawab agama itu sangat besar oleh karenya guru Agama tidak akan mampu mengemban tanggung jawab itu sendirian, apalagi, di kebanyakan sekolah guru Agama jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan guru umum. akibatnya pengetahuan/pengamalan Agama siswa tidak akan tercapai semaksimal mungkin.

Apa Solusinya?

Dari permasalahan di atas solusinya adalah integrasi pendidikan:
1. Integrasi institusi yaitu mennjadikan satu institusi yang mengurusi pendidikan. (ini masih perlu diperdebatkan)

2. Integrasi Proses yaitu memadukan kembali ilmu umum dengan ilmu agama, guru matematika dan bidang studi lainnya harus menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai agama di setiap pelajaran yang disampaikannya kepada siswa. misalnya dengan menganjurkan siswa agar ilmu yang mereka pahami harus digunakan kepada hal-hal yang berguna bagi orang lain, begitu juga guru sains misalnya ketika mengajarkan tentang makhluk hidup, planet dsb guru harus menyampaikan bahwa semua makhluk itu adalah ciptaan Allah Swt. Adapun guru Agama juga harus menekankan kepada siswa tentang pentingnya belajar baik elajaran umum maupun agama.

wallohu a'lam.

Sabtu, 16 Januari 2010

Tujuan Pendidikan : Arah yang terlupakan

saudaraku....
setiap pekerjaan yang kita lakukan haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin kita dapatkan, oleh karenya semua yang kita lakukan sekarang sangat menentukan hasil yang kita dapat nanti. begitu juga pendidikan, pendidikan mempunyai tujuan yang yang baik akan tetapi tidak semua sekolah mampu mengantarkan anak didik ke tujuan tersebut, kenapa? karena guru lalai bahkan tidak mengetahui arah tujuan pendidikan.
Tujuan utama pendidikan adalah untuk memberntuk sikap perilaku dan mental yang baik sesuai dengan ajaran islam. oleh karena itu seharusnya seluruh aspek pengajaran, materi, kurikulum, media dan metode yang digunakan oleh guru pada dasarnya harus merupakan tahapan dalam pembentukan sikap moral anak didik.
Ironisnya, pada praktiknya pemerintah, kepala dinas, pengawas, kepala sekolah lebih cendrung menagrtikan pendidikan (sekolah) itu sebagai pencapaian pengetahuan yang banyak sehingga kurang bahkan lupa memperhatikan tujuan utama yaitu pembentukan sikap mental dan moral siswa. Akhirnya para guru dipaksa untuk menuntaskan seluruh kurikulum (pelajaran)yang sudah dirancang agar disampaikan kepada siswa, sehingga sudah tentu guru pun dengan rasa 'takut' kepada atasan memacu siswa agar menguasai seluruh mata pelajaran dengan melupakan moralitas siswa, sehingga hasil atau lulusan dari sekolah merupakan orang yang pintar tapi tidak memiliki moral dan sikap yang baik khususnya kepada sesama dan bahkan kepad agurunya sendiri...
saudaraku para guru apakah ini yang kita inginkan? tentu tidak, oleh karena itu mari kita benahi diri, kembali ke jalur pendidikan yang sebenarnya sehingga kita mampu mengantarkan anak didik ke pulau kedewasaan. nasib bangsa ada di tangan pendidik!