Selasa, 21 Februari 2012

Mempertanyakan Keikhlasan Guru

Salah satu kesuksesan guru-guru terdahulu dalam mendidik generasi bangsa bukanlah karena teknologi yang maju, karena teknologi pada saat itu masih terbatas, juga bukanlah karena metode yang hebat, melainkan kesuksesan guru-guru terdahulu dalam mendidik bangsa dikarenakan keIKHLASan mereka dalam menjalankan tugas.

Guru terdahulu tidak pernah mengeluh, mereka bahkan sabar mendapat penghasilan ala kadarnya dan bahkan kalau dihitung secara matematis tidak akan cukup menghidupi dirinya dan keluarganya. Pada saat itu belum ada tunjangan fungsional, bantuan gubernur, bupati, tunjangan profesional dan lain-lainnya. tapi itu tidak menurunkan semangat mereka dalam mendidik. dan terbukti dari sekolah yang sederhana, metode belajar yang ala kadarnya, fasillitas yang secukupnya mampu menciptakan generasi yang hebat dan unggul.

nah, situasi ini berbeda dengan situasi saat sekarang ini. Hari ini guru seakan dimanjakan dengan berbagai 'uang tip' dari kalangan pemerintah. Adanya tunjangan dan bantuan dari luar berupa uang  seakan membuat guru terbuai dan terlena, sehingga keikhlasan yang semestinya ada dalam diri setiap guru mulai pudar, karena semua diukur dengan 'uang'. Guru kita sekarang sibuk mengurus 'uang tip' dari sana sini, sehingga mau tak mau ini mempengaruhi keikhlasannya dalam mendidik bangsa.

Guru (mengajar) bukan lagi dianggap sebagai profesi yang mulia melainkan sudah mulai bergeser menjadi sebuah 'pekerjaan'. yang mana pinsip pekerjaan adalah saya bekerja karena ada upah. maka tidak heran saat sekarang ini, hubungan horizontal antara guru dengan siswanya hanya sekedar di sekolah. guru dianggap tidak merupakan seseorang yang berjasa lagi karena jasa guru seakan sudah dibayar dengan uang dari sana sini. Celakanya, guru juga seakan sudah merasa bahwa profesi yang diembannya itu bukan lagi profesi yang mulia yang penuh dengan jasa-jasa.

Kamis, 16 Februari 2012

Guru harus mengenal siswanya

Salah satu penyebab kegagalan komunikasi antara guru dan siswa adalah diakibatkan guru tidak atau belum 'mengenal' siswanya. Oleh karena itu, mengenal watak siswa merupakan syarat utama bagi seorang guru sebelum menjalankan pembelajaran lebih jauh. maka proses perkenalan ini seharusnya menjadi perhatian utama bagi setiap guru.

Jika guru sudah mengenal watak siswanya, dan juga siswa sudah mengenal watak gurunya maka akan menimbulkan camistry yang nyambung, sehingga suasana pembelajaran akan mudah berjalan dan berhasil. karena guru sudah mengenal dan paham apa dan bagaimana yang diinginkan oleh anak-anaknya, dan siswa juga sudah paham betul apa dan bagaimana seharusnya respon yang ia berikan kepada gurunya.

Maka, dipastikan tidak akan ada lagi siswa yang ngambek, merajuk, marah terhadap gurunya. juga guru tidak aka pernah lagi merasa makan hati jika berhadapan dengan siswanya.

Wallohu a'lam.

Sabtu, 11 Februari 2012

Sekolah Namira Peringati Maulid Nabi 1433 H

Kemarin, jum'at 10 Februari 2012 kami mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, seperti tahun-tahun sebelumnya kami mengadakannya di Mushollla Namira sebagai pusat keislaman Sekolah Namira. Acara ini diikuti oleh seluruh siswa PG, TK, SD, SMP dan SMK dan guru serta staf karyawan serta orang tua siswa kalau dijumlahkan kurang lebih 1000 orang.


Acara ini bertujuan selain menyemarakkan acara PHBI juga untuk mengingatkan kembali kepada anak-anak akan perjuangan rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran Islam itu, juga untuk menanamkan ke dalam hati anak-anak akan pentingnya meneladani rasul.

Dalam acara itu juga diadakan pementasan bakat dan seni siswa, seperti pertunjukan doa senandung al-Qur'an oleh anak TK, Lagu Sholawat oleh anak SD yang diiringi dengan musik keyboard, musikalisasi puisi dan volksong dari anak SMP.

terakhir harapan sekolah namira sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Muzanni Lubis,S.Pd.I dalam sambutannya  mewakili Ketua Yayasan Fajar Diinul Islam bahwa kegiatan peringatan maulid Nabi jangan hanya sekedar seremonial belaka akan tetapi bagaimana acara ini bisa memberikan suntikan semangat dan pondasi bagi para pendidik dalam mengajar dan mendidik siswa.







Admin Blog Isu-Isu Pendidikan Umum/Islam
(Muzanni Lubis)
mengucapkan :
Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 H, semoga kita mampu meneladani sifat-sifat Nabi.

Rabu, 08 Februari 2012

Menciptakan suasana belajar yang Menarik dengan Teknologi

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam membuat suasana pembelajaran menjadi variatif dan menyenangkan dengan kemajuan teknologi seperti saat ini. sarana yang disediakan oleh sekolah harus bisa dieksplorasi semaksimal mungkin oleh setiap guru guna untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik.

Sangat sederhana, bila mana selama ini guru hanya cenderung mengajar melalui ceramah langsung, sesekali guru boleh memutar video atau audio ceramah yang sudah direkam oleh guru sendiri dan kalau bisa videonya sudah diedit sehingga yang terdengar hanya yang penting-penting saja. Atau guru bisa mendownloadnya di situs-situs tersedia seperti youtube.com

Selain itu, sesekali guru juga bisa memutar film tentu film yang dimaksud harus ada kaitannya dengan materi pembelajaran. misalnya waktu mengajarkan seni budaya tentu film-film yang bergenre daerah cocok, atau waktu mengajarkan bahasa inggris, guru bisa memutar film yang berbahasa inggris tanpa ada teks terjemahan, dengan arti untuk menguji penguasaan listening seorang siswa.

Masih banyak lagi yang bisa dilakukan tinggal pertanyaannya apakah kita mau berubah untuk lebih baik atau tidak?

Selasa, 07 Februari 2012

Isu-Isu Guru sebagai model

Saat ini yang dubutuhkan dunia pendidikan adalah guru sebagai model yang baik. Dikarenakan gurulah salah satu pigur yang paling dekat dengan anak didik sehingga diduga apa saja yang dilakukan dan dikatakan oleh guru siswa akan mengikutinya. oleh karena itu guru dituntut agar hanya melakukan dan mengatakan yang baik-baik saja kepada anak didiknya.

Layaknya model yang selalu diikuti oleh setiap penggemarnya, maka guru pun sebagai model harus menyadari hal ini. akan tetapi dikarenakan guru merupakan figur pendidik yang berbeda dengan 'model' di luar sana yang hanya memperdulikan kesenangan sesaat belaka. Maka guru sebagai model dituntut hanya memberikan hal-hal yang baik saja, sehingga apa yang keluar dari mulutnya adalah yang baik-baik juga apa yang diperbuatnya hanyalah perbuatan yang mulia, sehingga anak didiknya hanya melihat semua yang ada pada diri gurunya hanyalah kebaikan semata yang harus dicontohnya.