Tulisan ini adalah salinan dari tugas perkuliahan pada mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan bersama Prof. Dr. Belferik Manullang di Pps Unimed. Pada tugas ini mahasiswa diminta untuk mendalami tentang esensi dari sebuah kebenaran dan bahkan membandingkan tingkatan-tingkatan kebenaran. Pada akhirnya kita akan sampai pada titik kebenaran yang absolut yang tidak bisa dibantah. berikut saya kutip tulisan saya bersama rekan saya pada saat itu.
Sebelum kita membandingkan dari ketiga kebenaran tersebut,
kita harus mengetahui apa kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah suatu
kebenaran yang pada hakikatnya diperoleh dari hasil penelitian yang menggunakan
metode yang disusun secara sistematis dengan melalui prosedur sehingga
kebenaran ilmiah ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu meliputi
fakt
a, logis, dan universal. Selain itu juga kebenaran ilmiah dapat diartikan
juga sebagai kebenaran nisbi atau relative sebab kebenaran ilmiah ini tidak
mutlak karena bisa berubah sesuai perkembangan zaman atau perkembangan hasil
penelitian.
1.
Perbandingan
Tingkatan-tingkatan Kebenaran
Ada
beberapa tingkatan-tingkatan kebenaran yang akan di perbandingkan antara lain:
v Kebenaran ilmiah Esensi
Kebenaran yang menekankan pada esensi (kebenaran itu
sendiri) yang dilandasi sebuah pemahaman dan mendasar sesuai dengan hati nurani.
Karena apabila hati nurani dianggap benar maka bahwa sesuatu itu benar
adanya.istilah lain dari kebenaran ilmiah adalah perenungan (kontemplatif)
v Kebenaran Ilmiah Keilmuwan
Kebenaran ini mengartikan sebuah kencendrungan pada
perjalanan-perjalanan yang didasarkan melalui indera dan diolah secara rasio
atau logis tetapi pemahamannya direfleksikan terhadap penjelasan-penjelasan
mengenai realita bersifat umum dan disesuaikan dengan disistematisasi dan
memiliki metodologi keilmuwan
v Kebenaran Ilmiah Praktis
Kebenaran yang memperlihatkan bahwa kecendrungan
manusia lebih mengarah pada berpikirnya atau penalarannya secara empiris dan
tujuan utamanya membentuk kerangka berpikir integral yang diungkapakan melalui
persoalan nyata manusia dan dibuktikan dari sebuah kebenaran fakta.
“Kalau lapar, makan” (Kebenaran
praktis)
“Supaya badan sehat,
makanlah makanan yang sehat dan bergizi” (Kebenaran
Ilmiah)
“Makanlah makanan yang
sehat, bergizi dan halal (tidak hasil mencuri dan merampok”
(Kebenaran esensi)
Penjelasan
1. “Kalau lapar, makan”.
Terserah mau makan apa, yang penting makan. Inilah
contoh kebenaran praktis yang diperoleh dengan sangat mudah karena hanya
mengandalkan pengalaman panca indera dan tidak melalui aktivias berpikir mendalam
dan menyeluruh dan tidak memikirkan norma-norma yang ada. Tapi ini merupakan
sebuah kebenaran yang paling rendah tingkatannya.
2. “Supaya badan sehat,
makanlah makanan yang sehat dan bergizi.” Ini
adalah contoh kebanaran ilmiah yang diperoleh
dengan adanya aktivitas berpikir dan penelitian. Contoh : Memakan makanan yang bergizi akan membuat
badan menjadi sehat. Untuk mendapat kebenaran itu, sebelumnya telah dilakukan
penelitian ilmiah. Disini sudah mengandalkan kebenaran menurut logika, yaitu
makanan yang bergizi akan membuat badan sehat, makanan yang tidak bergizi akan
membuat badan sakit, jadi dianjurkan memakan makanan yang bergizi.
3. “Makanlah makanan yang
sehat, bergizi dan halal (tidak hasil mencuri dan merampok” inilah
yang disebut dengan kebenaran esensi yang diperoleh oleh hati. Secara praktis,
kalau lapar, hanya disuruh makan, secara
ilmiah kalau lapar, kalau sedang lapar disuruh makan makanan yang sehat dan
bergizi, sedangkan secara esensi, kalau lapar disuruh makan makanan yang baik
dan halal. Disini tampak jelas bahwa tingkatan kebenaran esensi adalah
kebenaran yang paling tinggi, karena selain mengandalkan logika, memikirkan
kebaikan diri sendiri, juga memikirkan kebaikan orang lain.
Contoh ke 2
Kebiasaan individu disaat ujian. Menyontek adalah
kebiasaan yang sering kali kita lakukan baik dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Kebiasaan mencontek dalam ujian sering dilakukan dengan
harapan nilai yang diperoleh nantinya maksimal tanpa perlu dengan giat. Bila
kebiasaan nyontek disaat ujian terus dilakukan, maka akan membuat orang
tersebut enggan belajar bergiat. Mereka cenderung berpikir hal-hal praktis
saja, mereka tidak berpikir bagaimana cara yang seharusnya untuk memperoleh
nilai bagus.
Hal ini akan mempengaruhi kualitas khidupan siswa
kedepannya. Seseorang yang terbiasa menyontek akan menjadi orang berpikir
secara kebenaran praktis. Dimana nantinya seseorang itu akan menghalalkan
segala cara untuk mendapatakan sesuatu hal. Mereka akan terbiasa dengacn
cara-cara yang singkat, yang dapat dilakukan dan berguna/memberikan hasil yang
memuaskan bagi dirinya sendiri tanpa bersusah payah dan tanpa memperdulikan
akibatnya pada dirinya sendiri dan orang lain.
2.
Jelaskan
hubungan ketiga jenjang kebenaran tersebut dengan kehidupan umat manusia dan berikan
contohnya?
Secara historis kebenaran esensi merupakan induk dari semua kebenaran dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan
mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab
oleh ilmu, maka kebenaran esensi menjadi
tumpuan untuk menjawabnya, kebenaran esensi memberi
penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut,
sementara kebenaran
ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas
wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal, proses atau interaksi
tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian kebenaran praktis, oleh karena itu kebenaran ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani
jurang pemisah antara kebenaran esensi dengan kebenaran ilmu, sehingga kebenaran ilmu tidak menganggap rendah pada kebenaran esensi, dan kebenaran esensi tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas
alam secara dangkal. Dari ketiga penjelasan hubungan tersebut dapat diilustrasikan sebuah
contoh untuk member penjelasan dari ketiga kebenaran ilmiah tersebut:
Contoh kebenaran esensi:
Seseorang
mengatakan, “Wah lagi hujan nih!”. Perkataan bisa jadi benar, jika perkataan
itu berhubungan dengan realitasnya. Tapi terkadang maksud perkataan lebih
kepada sindiran, godaan atau yang bersifat menyesatkan. Sehingga secara
semantik, pernyataan ini dapat menjadi benar atau salah
Atau
Jika seseorang mengatakan bahwa, “IPB berada di kota Bogor,” maka
pernyataan tersebut adalah benar, sebab pernyataan itu dengan objek yang
bersifat faktual yakni Bogor, memang kota dimana IPB berada. Apabila ada orang
lain yang menyatakan bahwa “IPB berada di kota Medan,” maka pernyataan itu
adalah tidak benar, sebab tidak terdapat obyek yang dengan pernyataan tersebut.
Contoh kebenaran ilmuwan
Lilin akan mencair jika
dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih”. Bagi kaum empiris yang menganut
kebenaran sebagai persesuaian, untuk mengetahui kebenaran pernyataan ini, perlu
diadakan percobaan dengan memasukkkan lilin ke dalam air yang sedang mendidih,
untuk mengetahui apakah pernyataan itu sesuai dengan kenyataan atau tidak. Bagi
kaum rasionalis, yang menganut kebenaran sesuai keteguhan, untuk mengetahui
kebenaran pernyataan itu, kita cukup mengecek apakah pernyataan ini sejalan
dengan pernyataan lainnya. Apakah pernyataan ini meneguhkan pernyataan lainnya.
Ternyata, pernyataan itu benar karena lilin terbuat dari bahan parafin, dan
parafin selalu mencair pada suhu 60 derajat Celcius. Karena arti “mendidih” ada
pada suhu 100 derajat Celcius, maka dengan sendirinya lilin akan mencair jika
dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih. “Lilin mendidih jika dimasukkan
ke dalam air yang sedang mendidih” adalah pernyataan yang benar tanpa perlu
dirujuk pada realitas.
Contoh kebenaran praktis
1.
Kemacetan jalan-jalan besar di Jakarta
disebabkan terlalu banyak kendaraan pribadi yang ditumpangi oleh satu orang.
Maka penyelesaiannya “Mewajibkan jalan pribadi ditumpangi oleh tiga orang atau
lebih”. Ide tadi benar apabila ide tersebut berguna dan berhasil memecahkan
persoalan kemacetan.
2. Ada orang yang menyatakan sebuah teori A dalam
komunikasi, dan dengan teori A tersebut dikembangkan teknik B dalam
meningkatkan efektivitas komunikasi, maka teori A itu dianggap benar, sebab
teori A ini adalah fungsional atau mempunyai kegunaan.
0 komentar:
Posting Komentar