Kamis, 17 Desember 2015

Terjadinya Pergeseran Nilai dalam Ilmu Pengetahuan

Pada dasarnya induk atau ibu dari segala ilmu pengetahuan adalah filsafat, dengan demikian pada mulanya ilmu pengetahuan hanya satu yaitu filsafat. Akan tetapi karena filsafat hanya mempersoalkan permasalahan kebenaran yang bersifat umum, abstrak dan universal sehingga tidak mampu menjawab semua permasalahan hidup manusia yang bersifat kongkrit, maka lahirlah berbagai jenis ilmu pengetahuan sesuai dengan objek studinya masing-masing. Seperti ilmu yang objek studinya manusia maka lahirlah ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan humaniora, ilmu yang objeknya alam maka lahirlah ilmu pengetahuan alam seperti fisika, kimia, biologi dan matematika.
Sedangkan yang objek studinya ketuhanan maka lahirlah ilmu pengetahuan agama, meliputi teologi Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan sebagainya.

Sebagai tambahan filsafat mengetahui apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, tetapi filsafat tidak mampu mengadakannya. Karena pengadaaan kebutuhan hidup sehari-hari itu bersifat teknis dan kongkrit dibutuhkan ilmu pengetahuan khusus yang bersifat teknis dan kongkrit yang bertujuan untuk mengadakan kebutuhan sehari-hari tadi.

Dengan begitu teori-teori filosofis yang bersifat universal secara berlahan ditinggalkan. Dan selanjutnya ilmu pengetahuan bergerak ke arah teknologi yang canggih yang mampu mengadakan semua material kebutuhan manusia itu sendiri sehingga dengan sendirinya terjadilah pergeseran  nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup, sikap dan perilaku hidup manusia dari kualitatif spritual menjadi kuantitatif material. Kemajuan teknologi seolah-olah menjadikan manusia makhluk yang buas, yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Inilah makna dari ungkapan pepatah Jawa “kebo nyusu gudel” yang disampaikan oleh Suparlan. Yaitu orang-orang telah bergeser dari hal-hal yang filsafati menjadi hal-hal yang praktis.

Hal yang seharusnya adalah kemajuan teknologi harus berdasarkan pada nilai-nilai filsafat yang berlandaskan kepada nilai-nilai kebenaran esensi agar kemajuan teknologi tetap menjungjung tinggi aspek moral sehingga kemajuan pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu mensejahterakan kehidupan manusia dan menjaga kelestarian alam.

Contohnya adalah : Teknologi internet jika didasarkan pada nilai-nilai kebenaran esensi maka pemanfaatan internet akan menjadi positif, tapi jika pemanfaatan internet hanya didasarkan pada kebenaran praktis maka kemajuan internet akan menjadi negatif.

0 komentar:

Posting Komentar