Rabu, 09 September 2015

TEORI-TEORI DAN MODEL KEPEMIMPINAN



1.      Teori-teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru, dengan demikian, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan beberapa teori tentang kepemimpinan.

Ambarita, dkk. (2014 : 63) mengatakan bahwa teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan bebebrapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan, kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan pada setiap masa.


Selanjutnya Ambarita, dkk. (2014 : 64) menjelaskan ada tiga teori kepemimpinan, yaitu :
a.      Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin. Selanjutnya, menurut Sondang Siagian (Ambarita, dkk.: 2014: 64) ada tiga ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :
1.      Pengetahuan yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, objektifitas, pragmatisme, fleksibilitas, adabtabilitas, orientasi masa depan;
2.      Sifat inkuisif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
3.      Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efktif.

Teori sifat tersebut mengasumsikan bahwa para pemimpin telah mewarisi sifat-sifat di dalamnya yang membuat orang cocok untuk menjadi pemimpin. Banyak yang mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang dapat sepenuhnya mengekspresikan diri, sementara yang lain tidak bisa, dan ini adalah apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Seorang pemimpin memiliki kombinasi yang tepat dari sifat-sifat yang membuatnya menjadi pemimpin yang baik.
Kekurangan :
-          Tidak selalu ada hubungannya antara sifat yang dianggap  unggul dengan efektivitas kepemimpinan, karena situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat tertentu pula yang berbeda dari yang lain
Kelebihan :
-          Walaupun beberapa karakteristik dari pemimpin dalam teori ini tidak relevan dengan keefektifan suatu kepemimpinan. Tetapi karakter ini menjadi suatu kebutuhan idealnya seorang pemimpin

b.      Teori Perilaku
Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan itu merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan, Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat seorang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri
Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dalam hal ini Stoner (Ambarita, dkk. : 2014: 65)  mengemukakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai deskripsi perilaku sebagai berikut :
1.      Perilaku cenderung memementingkan bawahan, memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukaknnya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi;
2.      Berorientasi kepada bawahan dan produksi. Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemapuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi kepada produksi memilik kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua, yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadapa hasil/tugas da terhadap bawahan/hubungan kejra.

Teori ini beranggapan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap bawahan dan hasil. Selanjutnya, perilaku seorang pemimpin itu akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka. Sebagai contoh, pimpinan yang yakin bahwa kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada kebutuhan organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran perintah) dalam kegiatan para bawahannya.
Kekurangan :
-          Teori Kepemimpinan Perilaku belum dilengkapi deangan suatu faktor, yakni penyesuaian terhadap situasi dan kondisi. Karena situasi  dan kondisi tidak akan sama dan selalu ada cara kepemimpinan yang berbeda untuk menangani situasi dan kondisi yang berbeda.
Kelebihan :
-          Teori ini mampu mematahkan teori sebelum-sebelumnya tentang bagaimana terbentuknya sebuah jiwa kepemimpin yang berasal dari cara pembelajaran, observasi, dan pengalaman.


c.       Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori ini  ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organiasasional yang dihadapi dengan memperhitungkan waktu dan ruang.
Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia.

Menurut Sondang Siagian (Ambarita, dkk. 2014 : 66) faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu adalah :
1.      Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
2.      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
3.      Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
4.      Norma yang dianut kelompok;
5.      Rentang kendali;
6.      Ancaman dari luar organisasi;
7.      Tingkat stress;
8.      Iklim yang terdapat dalam organisasi.



Berdasarkan tiga teori kepemimpinan di atas, pada dasarnya kita tidak bisa mengatakan mana yang lebih baik, akan tetapi efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan  gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.

2.      Model Kepemimpinan

Ambarita, dkk. (2014 : 67) menjelaskan adapun model kepemimpinan itu adalah sebagai berikut :
a.      Model Kontinum Otokratik Demokratik

Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otoktarik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi kepada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.


b.      Model Interaksi Atasan Bawahan
Menurut model ini, efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila : (1) hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; (2) tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; dan (3) posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c.       Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah : memberitahukan, menjual, mengajak bawahan berperan serta; dan melakukan pendelegasian.

d.      Model Jalan dan Tujuan
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh oleh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

e.       Model Pimpinan Peran serta Bawahan
Perhatian utama model ini adalah pemimpin dikaitkan denga proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Benruk dantingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.

Menurut Ambarita dan Siburian (2013 : 90) ada dua model kepemimpinan, yaitu :
a.       kepemimpinan yang berorientasi pada tugas yang cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi dari pada memperharitan bawahan.
b.      Kepemimpinan yang berorientasi pada staf.











DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner., dkk. 2014. Perilaku Organisasi, Bandung: Alfabeta
Ambarita, Biner dan Siburian, Paningkat. 2013. Manajemen Pendidikan dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.
Ambarita, Biner. 2013. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan, Bandung; Alfabeta.

































0 komentar:

Posting Komentar