1. Teori-teori Kepemimpinan
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Berbagai usaha dan
kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan
mempersiapkan pemimpin baru, dengan demikian, banyak studi dan penelitian
dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan beberapa teori tentang kepemimpinan.
Ambarita, dkk.
(2014 : 63) mengatakan bahwa teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk
memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan
dengan mengemukakan bebebrapa segi antara lain : Latar belakang sejarah
pemimpin dan kepemimpinan, kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban
manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan pada setiap masa.
Selanjutnya
Ambarita, dkk. (2014 : 64) menjelaskan ada tiga teori kepemimpinan, yaitu :
a.
Teori
Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin.
Selanjutnya, menurut Sondang Siagian (Ambarita, dkk.: 2014: 64) ada tiga ciri-ciri
ideal yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :
1.
Pengetahuan
yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, objektifitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adabtabilitas, orientasi masa depan;
2.
Sifat
inkuisif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif;
3.
Kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efktif.
Teori sifat tersebut mengasumsikan bahwa para
pemimpin telah mewarisi sifat-sifat di dalamnya yang membuat orang cocok untuk
menjadi pemimpin. Banyak yang mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang dapat
sepenuhnya mengekspresikan diri, sementara yang lain tidak bisa, dan ini adalah
apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Seorang pemimpin memiliki
kombinasi yang tepat dari sifat-sifat yang membuatnya menjadi pemimpin yang
baik.
Kekurangan
:
-
Tidak selalu ada
hubungannya antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan, karena situasi dan kondisi
tertentu memerlukan sifat tertentu pula yang berbeda dari yang lain
Kelebihan
:
-
Walaupun beberapa
karakteristik dari pemimpin dalam teori ini tidak relevan dengan keefektifan
suatu kepemimpinan. Tetapi karakter ini menjadi suatu kebutuhan idealnya
seorang pemimpin
b.
Teori
Perilaku
Pemimpin itu harus disiapkan,
dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born).
Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan
serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat
atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada
bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan
hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
itu merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan, Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat seorang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar
untuk diidentifikasikan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri
Teori ini tidak menekankan pada
sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dalam
hal ini Stoner (Ambarita, dkk. : 2014: 65)
mengemukakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai deskripsi perilaku
sebagai berikut :
1.
Perilaku
cenderung memementingkan bawahan, memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukaknnya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi;
2.
Berorientasi
kepada bawahan dan produksi. Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemapuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
kepada produksi memilik kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua, yaitu berorientasi
kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadapa hasil/tugas da terhadap bawahan/hubungan kejra.
Teori
ini beranggapan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap
bawahan dan hasil. Selanjutnya, perilaku seorang pemimpin itu akan dipengaruhi oleh latar
belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka. Sebagai contoh,
pimpinan yang yakin bahwa kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada kebutuhan
organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran perintah)
dalam kegiatan para bawahannya.
Kekurangan :
-
Teori Kepemimpinan Perilaku belum dilengkapi deangan suatu
faktor, yakni penyesuaian terhadap situasi dan kondisi. Karena situasi dan kondisi tidak akan sama dan selalu ada
cara kepemimpinan yang berbeda untuk menangani situasi dan kondisi yang
berbeda.
Kelebihan :
-
Teori ini mampu mematahkan teori sebelum-sebelumnya tentang
bagaimana terbentuknya sebuah jiwa kepemimpin yang berasal dari cara
pembelajaran, observasi, dan pengalaman.
c.
Teori
Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori ini
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organiasasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan waktu dan ruang.
Teori
Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum
menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin
untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia.
Menurut
Sondang Siagian (Ambarita, dkk. 2014 : 66) faktor situasional yang berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinan tertentu adalah :
1.
Jenis
pekerjaan dan kompleksitas tugas;
2.
Bentuk
dan sifat teknologi yang digunakan;
3.
Persepsi,
sikap dan gaya kepemimpinan;
4.
Norma
yang dianut kelompok;
5.
Rentang
kendali;
6.
Ancaman
dari luar organisasi;
7.
Tingkat
stress;
8.
Iklim
yang terdapat dalam organisasi.
Berdasarkan
tiga teori kepemimpinan di atas, pada dasarnya kita tidak bisa mengatakan mana
yang lebih baik, akan tetapi efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut.
2.
Model
Kepemimpinan
Ambarita,
dkk. (2014 : 67) menjelaskan adapun model kepemimpinan itu adalah sebagai
berikut :
a. Model Kontinum Otokratik Demokratik
Gaya
dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang
harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin
bergaya otoktarik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang
menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi kepada penyelesaian
tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar
yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan
bawahan.
b.
Model
Interaksi Atasan Bawahan
Menurut
model ini, efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin
yang efektif, apabila : (1) hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; (2)
tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
dan (3) posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c.
Model
Situasional
Model
ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan
tingkat kematangan bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah : memberitahukan, menjual, mengajak bawahan berperan
serta; dan melakukan pendelegasian.
d.
Model
Jalan dan Tujuan
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh oleh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan
hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin
berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi
bawahannya.
e.
Model
Pimpinan Peran serta Bawahan
Perhatian
utama model ini adalah pemimpin dikaitkan denga proses pengambilan keputusan.
Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Benruk dantingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
Menurut Ambarita dan Siburian (2013 :
90) ada dua model kepemimpinan, yaitu :
a. kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas yang cenderung lebih mementingkan tujuan
organisasi dari pada memperharitan bawahan.
b. Kepemimpinan
yang berorientasi pada staf.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner., dkk. 2014. Perilaku Organisasi, Bandung: Alfabeta
Ambarita, Biner dan Siburian, Paningkat.
2013. Manajemen Pendidikan dan
Komunikasi, Bandung: Alfabeta.
Ambarita, Biner. 2013. Manajemen dalam
Kisaran Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
Ikang
Pratama, https://www.academia.edu/9445834/Teori_Kepemimpinan
diakses tanggal 1/9/2015/ pkl 13.00 WIB
0 komentar:
Posting Komentar